Tracer Study Fakultas Ilmu Komunikasi
Summary
Tracer study FIKOM-UNINUS 2021-22 melibatkan 78 mahasiswa atau hanya 36.4 persen (response rate) dari jumlah kelulusan pada tahun akademik 2014-15 sd 2021-22. Dari sisi kinerja akademiknya, tercatat 67% lulusan mahasiswa reguler lulus tepat waktu (3.6 – 4.5 tahun), dan hanya sekira 9% lulusan yang memeroleh IPK dibawah 3.00. Sebagian besar lulusan terlacak hanya mengandalkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari kampus, atau hanya 32% yang berusaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan seperti melalui pelatihan, kursus singkat, seminar, dan sebagainya.
Dari dimensi dimensi pendidikan & pengalaman belajar, secara keseluruhan, alumni mempersepsikan FIKOM-UNINUS lebih menekankan pendekatan klasikal-tradisional seperti perkuliahan tatap-muka. Sementara proses belajar yang dapat memberikan pengalaman dunia nyata (seperti pembahasan kasus aktual, praktikum, praktik kerja lapangan, magang dan riset) dinilai kurang mendapat perhatian. Temuan ini erat kaitannya dengan penilaian lulusan terhadap ketersediaan fasilitas pembelajaran yang dinilainya kurang layak, yang terutamanya ditujukan pada kondisi perpustakaan dan fasilitas laboratorium-praktikum. Sedangkan menurut indikator pengalaman belajar, secara keseluruhan lulusan menilainya sedang-sedang saja, dan menempatkan kegiatan perkuliahan di kelas dan pembimbingan skripsi pada urutan tertinggi. Proses pembelajaran di FIKOM-UNINUS dinilai kurang eksperensial dan reflektif karena kecilnya porsi pembelajaran yang diselenggarakan di luar kelas, seperti program PKM dan magang.
Sekira 55% lulusan menempuh studi tidak sambil bekerja, namun kemudian mereka mengadu nasib untuk memeroleh pekerjaan. Mayoritas (55%) lulusan yang bekerja setelah lulus, memulai mencari kerja ketika masih menempuh studi. Modus pencarian kerja yang dilakukan bersifat multimoda, diantaranya mencari lewat iklan online (job portal), melalui relasi, melamar langsung (spontaneous applications), dan dihubungi/ditawari langsung oleh perusahaan/instansi. Faktor tantangan kerja, gaji dan lokasi tempat kerja yang dekat rumah sebagai yang paling dipertimbangkan ketika memilih tempat kerja. Jumlah perusahaan/instansi yang yang dikirimi lamaran sangat bervariasi dan mencapai rata-rata 5 perusahaan/institusi per setiap lulusan. Respon perusahaan/instansi terhadap lamaran alumni tergolong sedang, yaitu rata-rata mencapai angka 58%, dan yang mengundangnya wawancara berkisar antara 67% – 75%. Kemudian dari sisi masa tunggu yang diperlukan untuk memeroleh pekerjaan pertamanya (duration of job search periods) 76% diantaranya memeroleh pekerjaannya dalam rentang waktu kurang dari 3 bulan, dan sisanya memeroleh antara 3 sd 6 bulan, dan 100% lulusan memeroleh pekerjaan pertamanya kurang dari 6 bulan.
Sebagian besar (78%) lulusan sudah memiliki pekerjaan, dan 41% diantaranya memeroleh pekerjaannya sebelum lulus. Sebagian lagi (12%) memutuskan untuk berwiraswasta, sementara sisanya tidak bekerja karena alasan masih sedang mencari, factor kesibukan keluarga serta sedang melanjutkan studi. Walaupun sudah bekerja, mayoritas lulusan FIKOM-UNINUS mengaku masih mencoba-coba untuk mencari pekerjaan yang dianggapnya lebih baik, dan hal ini didukung oleh fakta lain yaitu 44% lulusan sudah tidak lagi bekerja di tempat kerjanya yang pertama. Mayoritas (48%) lulusan bekerja pada perusahaan/instansi swasta, diikuti kemudian pada bidang pekerjaan lainnya (23%) dan sisanya bekerja pada instansi pemerintahan. Kemudian dari lingkup wilayah kerjanya, hampir 75 % lulusan bekerja pada perusahaan/instansi yang wilayah kerjanya mencakup local/regional.
Dilihat dari kesesuaian pekerjaannya, sekira keseluruhan, 59% lulusan bekerja tidak sangat sesuai dengan latar-belakang pendidikannya. Tiga alasan utama mengapa lulusan memilih pekerjaan yang tidak sesuai, yaitu: belum mendapat pekerjaan yang sesuai, pekerjaan tersebut memberikan jaminan/penghasilannya besar, dan pada awal meniti karir, pekerjaan apa pun harus diterima. Konsekuensinya lulusan harus menerima gaji yang lebih rendah dari yang seharusnya. Sekira 52% lulusan FIKOM-UNINUS mengaku memeroleh gaji di bawah Rp 3 juta/bulan, atau berarti relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata UMR Propinsi Jabar (Rp 3.2 juta). Selain itu, kompetensi lulusan FIKOM-UNINUS berada pada level cukup atau sedang-sedang saja. Kompetensi tertinggi ditunjukkan pada indicator toleransi, beradaptasi dengan hal baru, berkomunikasi, manajemen waktu, bekerja mandiri, bekerja dalam tim, memecahkan masalah, dan bertanggungjawab. Namun dibandingkan dengan tingkat kompetensi yang dibutuhkan dalam pekerjaan, tercatat lima kompetensi yang menunjukkan under-qualification atau skill-shortages. Kelimanya masing-masing adalah: toleransi, beradaptasi dengan hal baru, bekerja mandiri, bekerja dalam tim, dan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, terdapat tiga kompetensi yang tergolong kritis karena merata ditunjukkan oleh lulusan prodi Ilkom & Ilpust. Ketiganya berhubungan dengan hard-skill yaitu kemampuan dalam teknologi informasi & komunikasi (TIK), dan soft-skill yaitu: loyalitas dan integritas. Sebagai catatan akhit, tracer study ini ini memberikan kontribusi empiris mengenai terjadinya vertical & horizontal mismatch dan tingginya competency gap pada sebagian besar lulusan FIKOM-UNINUS serta efek gaji yang diakibatkannya.