Terlahir Cantik, Setengah dari Masalah Hidupmu Terselesaikan?
“kalo kamu cantik, kamu aman”
Pernah mendengar kalimat itu? Jika iya, begitulah kira-kira kalimat yang sudah cukup familiar di telinga kita. Namun pertanyaannya, apakah cantik saja cukup? Apa benar jika punya rupa cantik, masalah terselesaikan? Permasalahan yang seperti apa?
Hakikatnya, cantik itu punya ratusan makna dan puluhan pandangan. Ada yang berpendapat, cantik itu ada dua jenis: cantik fisik dan cantik jiwa. Jika ada lima orang yang disuruh untuk mendeskripsikan cantik dalam pandangan mereka, maka akan ada lima pandangan tentang cantik.
Itulah mengapa cantik itu relatif. Tergantung sudut pandang dan dari sisi mana menilainya, cantik itu tidak bisa dideskripsikan secara umum. Definisi kecantikan kita cukup dijadikan tolak ukur untuk diri kita sendiri. Tidak perlu memaksa orang lain untuk sejalan dengan pemikiran kita.
Sayangnya, di zaman modern ini kecantikan seseorang menjadi tolak ukur dan strata sosial. Di Indonesia saja sudah sangat erat stigma perempuan cantik itu badan tinggi, kulit putih, hidung mancung, rambut lurus dan lain-lain. Didukung oleh gambaran public figure yang tampil begitu.
Namun, jika melihat di beberapa negara ada perempuan yang meski tak putih dan tak mancung, mereka tetap memukau dengan karisma yang ada dalam dirinya. Jadi, ya lagi-lagi kecantikan itu tidak bisa diukur dari warna kulit atau sekedar tingkat kemancungan hidung yang dimiliki.
“Terlahir dalam kondisi cantik atau tidak, sebenarnya bukan jadi masalah. Orang-orang selalu punya penilaian sendiri. Tapi, yang perlu kita kembangkan adalah percaya diri.”
Jadi, slogan “kalo kamu cantik, kamu aman” hanya sebuah kebetulan. Cantik atau tidaknya, tidak pernah menjadi tolak ukur dalam keberhasilan. Mungkin, memang benar, fisik akan jadi hal pertama. Namun, bukan yang utama.
Oleh karena itu, percantiklah diri secara jiwa. Namun, bukan berarti melupakan fisik. Fisik dirawat tanpa perlu mendengar standar kecantikan yang ada di masyarakat. Cukup dengan merawat diri sebaik-baiknya.
Menyelesaikan masalah hidup tanpa memandang kecantikan. Berhenti untuk memasang standar kecantikan. Sebab, kecantikan itu tidak abadi, akan hilang pada masanya. Hidup terlalu kuno jika hanya mengandalkan kecantikan serta mendengarkan standar kecantikan.
Dan hidup terlalu sia-sia untuk sekedar memperdebatkan cantikmu!
Penulis : Irma Rahmi Oktaviani